Saturday, January 21, 2012

"Badut" Di Dalam Badut*


Pasrah "digrepe" bocah-bocah.

Pengin tahu rasanya jadi badut, saya berkunjung ke Gelanggang Samudera Ancol, Jakarta Utara. Di sana, saya bertemu Restuning Dyah Widyanti, Bagian Edukasi dan Acara Gelanggang Samudera Ancol. Ia mengajak saya menonton film 4 dimensi Turtle Vision, sebelum nantinya memperkenalkan saya kepada Mas Idrus, salah satu petugas badut.

Sambil ikut mengantre masuk teater, saya melihat anak-anak serta orang dewasa heboh menyambut kehadiran badut maskot Sammy, kura-kura yang peduli kelestarian alam. Semua pengin megang dan salaman dengan Sammy! Hmm, Mas Idrus pasti ada di dalam kostum itu.

Dia melambai-lambaikan tangan, berjalan riang, dan melayani semua permintaan anak-anak seperti bersalaman, berpelukan, dan berfoto bersama. Sebagian besar anak-anak senang dengan kehadiran Sammy. Meski ada beberapa anak yang awalnya takut mendekat.

Kostum Sempit dan Sesak
Bagaimana keadaan Mas Idrus di dalam sana ya?  Saya pun meminta Mas Idrus untuk meminjamkan kostumnya. Untuk mengganti kostum,  saya harus ke salah satu anjungan Gelanggang Samudera Ancol. "Jangan-jangan Mbak nggak bisa pakai kostum ini. Soalnya ukurannya kecil," kata Mas Idrus. Waduh, bagimana dong? Meski sempat panik, saya meyakinkan mereka bahwa kostum itu pasti muat di badan saya.

Lalu Mas Idrus melepaskan 'seragam'-nya. Wajahnya berkeringat! Tak perlu ditanya, pasti panas berada di dalam sana. Mas Idrus cuma memakai kaus singlet. Untuk melepas kostum, salah satu karyawan ikut membantu. Ternyata benar, badan Mas Idrus mungil. 

Hap.. hap.. hap.. tahan napasssss! 


Sedikit nggak yakin, saya mulai mencoba kostum itu, dengan pakaian lengkap. Nggak mungkin dong saya cuma bersinglet kayak Mas Idrus. "Pasang sepatunya dulu, Mbak," Mas Idrus ngingetin. Saya lalu memakai kaki kura-kura itu. Kemudian, saya mencoba kostum bagian tubuh, dibantu Mas Idrus dan temannya. Sangat sulit memakai kostum tebal dan berat itu tanpa bantuan. Setelah memasukkan kedua kaki, saya mulai menarik napas dalam-dalam agar perut mengecil. Waktu menaikkan kostum itu ke paha, saya mulai merasa kostum itu memang sempit. Saya menarik napas lagi. Pasti bisa!. Syukurlah akhirnya kostum itu menutupi tubuh saya.

Sekarang, tinggal pasang kepala. Lagi-lagi saya dibantu Mas Idrus dan temannya. Ternyata ukuran lubang kostum di bagian kepala pun sempit. Kami susah payah memasangnya. Yipppie, berhasil! Kata Mas Idrus, di bagian kepala ada kipas angin mungil. Tapi saya tidak merasakan fungsinya. Untung, saya masih bisa bernapas. Selain itu saya bersyukur karena kostum itu masih baru dan tidak terlalu bau, meski baru dipakai Mas Idrus yang penuh keringat.

Saya [baca: Sammy] lucu yaaaaa

Menghidupkan Karakter
Sekarang saya siap jadi badut! Saya dituntun keluar. Ternyata kostumnya tidak seberat yang saya pikirkan, tapi bukan berarti enteng juga sih. Di dalam, saya bisa melihat dari celah bagian mulut Sammy, walaupun tidak leluasa karena lubang mulutnya berbentuk jaring. Ketika keluar, saya merasa semua mata memandangi saya, terutama anak-anak! Mereka tertawa dan tersenyum pada saya. Ada juga yang melambai dan mendekat. Saya sempat bingung, kenapa mereka begitu ke saya? Ada yang aneh? Ahahhaha, saya lupa sekarang sudah jadi sosok Sammy yang periang.

Seperti dipesankan Mbak Restu, saat memakai kostum maskot, berarti mewakili karakternya. Saya pun harus 'memainkan' karakter Sammy. Bersikap riang, menyapa, mendekati anak-anak, dan tidak boleh terlihat diam atau cuek. Tanpa disadari, saya ikut tersenyum di balik kostum, padahal mereka tidak melihat wajah saya. Saya lalu melambai tangan pada anak-anak itu, mendekati dan menerima jabatan tangan mereka. Saya juga memeluk dan berfoto dengan mereka.  

Meet and greet!

Satu persatu anak-anak di situ minta foto dengan saya, dengan Sammy tepatnya. Semua yang melintasi jalan itu pun tergoda ikut berfoto. Saya harus "jongkok-berdiri", sesuai permintaan. Padahal agak ribet "jongkok-berdiri" dengan kostum sesempit dan seberat itu.

Ada kejadian lucu. Anak batita yang digendong ibunya takut sama Sammy. Saya pun mendekati dia dan bertingkah lincah, dengan harapan rasa takutnya hilang. Ternyata kebalikannya! Anak itu malah menangis. Waduh! Saya panik dan melakukan jurus Ci Luk Ba. Si Kecil mulai berhenti menangis. Dari dekapan ibunya, ia mulai melirik dan mau dekat Sammy. Lega rasanya!

Jangan takut, Dek. Kakak nggak gigit kok.

Setelah 15 menit, saya mulai sesak dan sulit bernapas. Saya memberi kode ke Mas Idrus untuk menyudahi pekerjaan dadakan itu. Kebetulan, anak-anak yang tadi mengerubungi Sammy sudah puas berfoto dan memeluk. Saya dituntun ke sebuah ruang ganti. Saat masuk, masih ada anak-anak yang lewat dan melambaikan tangannya. Saya pun membalas dengan ceria dan memberi salam perpisahan. Sampai jumpa lagi! 


* Ditulis ulang (dengan beberapa editing) dari :
Majalah Sekar Edisi 12/09
Judul Asli: "Susah Senang Jadi Badut: Disayang dan Ditakuti Anak"
Penulis: en-emy.blogspot.com
Rubrik: Seperti Mereka
All photography by: Sendie Nurseptara S

2 comments:

  1. Lagi makan gorengan sampe keselek gegara ngakak pol liat badutnya. Lucuk bgt! =))

    ReplyDelete