Sunday, January 22, 2012

Urus SIM Hilang Cuma 1 Jam!

Dengan sistem chip, data kita sudah tersimpan secara online.

Oke, saya mau cerita Tour De Samsat tahun lalu (Maret 2011). Singkat cerita, dompet dan ponsel saya hilang. Salah satu dokumen penting yang ikutan raib dan harus dibuat baru adalah SIM A. Hmmm, memangnya penting banget diurus yah? Nggak juga sih. Karena toh saya jarang (hampir nggak pernah, malah) nyetir mobil. Tapi, karena takut sewaktu-waktu SIM itu diperluin, saya akhirnya meluncur ke Samsat di Kalideres, Jakarta Barat. Aslinya sih, malas sangat. Selain tempatnya jauh, saya sudah ngebayangin prosesnya akan bertele-tele, lama, dan 'boros'. Kepenginnya sih nyerahin semua ke calo (nggak mau susah). Tapi karena bokek, mending ngurus sendiri deh.

Bikin Surat Kehilangan dan KTP Dulu
Iya benar, sebelumnya saya sudah buat Surat Keterangan Kehilangan di kantor polisi terdekat. Prosesnya realtif gampang dan cepat kok. Kita cuma bawa copy-an KTP, Kartu Keluarga, atau identitas resmi lainnya. Lalu, laporkan semua dokumen yang hilang. Lebih bagus kalau kita punya salinan dokumen tersebut. Oiya, jangan lupa minta legalisasi sejumlah yang kita butuhkan. Kemarin saya buat 6 rangkap: untuk urus KTP, SIM, 2 ATM, NPWP, dan arsip pribadi. Umumnya, tiap instansi akan minta surat keterangan yang asli.

Trus, biayanya berapa? Kayaknya sih gratis. Tapi pas seorang oknum petugas salah tingkah bilang "Terserah mau ngasih berapa," saya akhirnyanyodorin Rp20 ribu. Saya sih nggak merasa 'dirampok'. Anggap saja, itu traktiran karena mereka kerjanya cepat. Tidak sampai 15 menit sudah kelar. Tujuan selanjutnya adalah ke rumah Pak RT - rumah Pak RW - Kelurahan - Kecamatan.Ngapain? Yups, bikin KTP! Seminggu kemudian, KTP baru sudah di tangan. Tanpa biaya! Jempol buat Kecamatan Pondok Melati - Bekasi.

[Udah Nggak] Jauh
Saya bikin SIM tahun 2004. Waktu itu ikutan SIM kolektif dari kampus. Dan seingat saya, Samsat Kalideres itu jauhhhhhh banget di ujung dunia. Maka, ketika mau ngurus ke sana lagi, saya ngebayangin capeknya perjalanan ke sana. Sebelum berangkat saya cari-cari info di internet soal cara urus SIM hilang dan trayek angkutan umum menuju ke sana. Informasi yang saya butuhkan pun ketemu dan sangat detail. Plus tip dan triknya. Ternyata banyak orang yang bilang mengurus sendiri itu cepat dan murah. Baiklah, saya semakin mantap urus sendiri. Berita baik lainnya adalah Samsat Kalideres dilewati busway. Dari Pinang Ranti (Koridor 9, Pinang Ranti - Pluit), transit di Grogol 2 (naik Koridor 3, Harmoni - Kalideres), lalu turun di halte Taman Kota. Dan katanya, dari situ tinggal jalan sekitar 200 meter. Semoga saja sesuai dengan kenyataan.

Trauma Kejadian Apes saya masih berlanjut. Saya jadi parno keluar rumah sendiri, apalagi harus naik Transjakarta dan melewati jembatan penyebrangan. Supaya aman, saya membajak sahabat Gengbelengan saya, Mas Fani, untuk nemenin saya. Tadinya saya mau pergi hari Sabtu, tapi Mas Fani nyaraninweekdays saja. Rabu jadi pilihan. Si Sahabat pun rela bolos demi Sahabatnya nan rempong sedunia ini. (Thank you Mas Faniii :*).

Tuh kan benar apes saya belum hilang. Pas sudah sampai di UKI, saya baru ingat kalau Surat Keterangan Kehilangan ketinggalan di rumah. Saya  cuma bawa KTP baru dan fotokopi SIM yang hilang. Tadinya udah pengin ngebatalin acara bikin SIM dan lanjut gembelengan nggak jelas sama Mas Fani. Habisnya sayanggak ngebayangin kalau harus balik ke rumah yang macetnya ampun-ampunan. Tapi, pas ingat kalau Mas Fani bolos kerja demi saya dan nanti belum tentu dia bisa nemenin saya lagi, akhirnya otak kreatif sama kasih alert: bikin Surat Keterangan Kehilangan lagi di kantor polisi terdekat! Setelah nanya-nanya sama Pak Polisi yang mangkal di UKI, akhirnya saya memilih Polsek Jatinegara, Otista. Alhamdulillah, prosesnya pun cepat. Saya ngasih Rp10 ribu.

Tepat di depan Polsek Jatinegara, ada halte Transjakarta. Saya langsung naik ke tempat janjian sama Mas Fani di Halte Sarinah. Berarti rute Transjakarta yang saya harus lewati Kampung Melayu - Matraman - Dukuh Atas - Sarinah. Alhamdulillah, perjalanan lancar dan nggak begitu ramai. Sesampainya di Halte Sarinah, Mas Fani langsung masuk ke Transjakarta yang saya naikin. Dari situ kita transit di Harmoni, pindah ke Koridor 3 jurusan Pulogadung - Kalideres. Di Halte Taman Kota kita turun. Yang bikin kita amazed adalah, cuma kira-kira 15 menit kita sudah sampai! Ternyata sekarang Samsat Kalideres sudah nggak di ujung berung lagi. Hahahaha. Sebelum turun tangga penyeberangan, saya nanya ke petugas Transjakarta lokasi Samsat Kalideres. Dia menunjuk lurus papan petunjuk arah yang tidak begitu jauh dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Hmmm, ternyata beneran nggak jauh.

Calo Melulu
Saat saya dan Mas Fani mau jalan di penyebrangan, tiba-tiba ada lelaki yang menyapa Mas Fani dan bilang "Mau bikin SIM baru atau perpanjang SIM, Mas?". "Ih dia tahu saja," celetuk saya sambil senyum kode ke Mas Fani. Sementara Mas Fani cuma senyum dan menggeleng ke lelaki itu. Gila yah, calo-calo zaman sekarang udah canggih-canggih. Mereka sampai "jemput bola" di jembatan Transjakarta. Ckckckck.

Segitu aja teror calonya? Tidak dong! Iya benar, sepanjang jalan kami ke Samsat, semua yang teridentifikasi sebagai calo menyapa kami dan nawarin jasa mereka. Untung ada Mas Fani yang udah terlatih senyum-senyum geleng ngadepin para calo itu. Oiya, lucunya lagi, tukang ojeg pun ikut-ikutan "double job". Mereka sampai rela cuma dibayar ongkos ojeg Rp2000 demi meluncurkan tawaran manis jasa calo mereka.

Bagi kamu yang tidak punya banyak waktu tapi punya banyak uang, calo emang berjasa. Sedia uang Rp300-500 ribu, Anda tinggal duduk manis sekitar 1 jam lalu dipanggil foto dan voila, SIM pun jadi! Ternyata setelah masuk ke dalam Samsat, nggak cuma tukang ojeg yang punya double job. Mulai tukang foto kopi, mbak-mbak penjual di kantin, sampai oknum polisi sendiri, ikutan unjuk gigi jadi "pemulus urusan". Saya memergoki oknum polisi sedang negosiasi harga dengan calon pelanggan. Saking sibuknya "jualan", polisi itu nyuekin saya waktu bertanya soal tempat pendaftaran.

Benaran 1 Jam
Di blog yang saya baca, tempat pendaftaran pertama kali di dekat kantin. Tapi di kantin itu sama sekali tidak ada petunjuk. Cuma ada tulisan "Tes Kesehatan". Saya dan Mas Fani sempat bolak-balik mencari tempat pendaftaran. Rupanya, loket bertuliskan "Tes Kesehatan" itu yang menjual formulir permohonan SIM. Harga formulir Rp20 ribu. Yang dibutuhkan adalah KTP asli, surat keterangan hilang, dan fotokopi SIM yang hilang (kalau ada). Petugas mengingatkan saya untuk Tes Kesehatan mata di belakang loketnya, lalu menuju BRI, lanjut ke lantai 2, dan loket 18. Sebelumnya dia juga mengingatkan kami untuk tidak menggunakan jasa calo. "Cepat dan gampang kok ngurusnya," kata Si Petugas.

Tes mata cuma lima menit. Saya disuruh membaca huruf-huruf yang ditampilkan. Dari situ kami menuju loket BRI. Biaya pengurusan SIM hilang sama dengan perpanjangan SIM, yaitu Rp80 ribu. Saya kemudian menuju loket pengisian formulir. Tapi saya malah disuruh ke loket asuransi. Sempat baca di blog kalau asuransi itu nggak wajib. Di loket itu saya harus bayar premi Rp30 ribu. Setelah mengisi formulir, lantas saya harus ke lantai 2 untuk proses pengecekan data-data. Lucunya, di sini saya "dipalak" Rp30 ribu. Setelah sebelumnya oknum petugas menanyakan tempat kuliah saya dan mobil yang sering saya pakai. Saya dipatok harga segitu karena mengaku kuliah di Pascasarjana UI dan menyetir mobil Avanza. Nggak kebayang kalau saya mengaku menyetir BMW atau Jaguar. Pasti mereka minta Rp100 atau 200 ribu. Sigh. Tapi karena pengin cepat selesai, saya malas berdebat soal pungutan liar tak berkwitansi ini. Lagi-lagi, saya anggap Rp30 ribu itu adalah traktiran saya buat mereka yang mempercepat proses pengurusan SIM hilang ini.

Dari situ saya lalu turun ke lantai dasar menuju loket 18, loket khusus permohonan SIM yang hilang. Di sini pun cuma legalisasi sebentar, lalu saya disuruh ke ruang foto. Di ruang foto saya antrian ke 3. Nggak sampai 10 menit saya sudah difoto dan disuruh menunggu panggilan pengambilan SIM. Nggak lama kemudian nama saya dipanggil. Padahal di ruangan itu masih banyak orang yang belum dipanggil. Mungkin karena data SIM saya sudah ada, jadi prosesnya pun cepat. Hampir 1 jam, SIM saya sudah di tangan. Dan saya  puas. Walaupun, kurang puas sama foto di SIM. Hahahahaha. Jadi, total biaya pengurusan SIM hilang ini hanya Rp160.000. 

Oiya, harusnya setelah itu saya bisa mengambil kartu asuransi dengan menunjukkan resi pembayaran premi plus SIM yang sudah jadi. Tapi kemarin saya lupa ngambil, saking senangnya SIM saya sudah jadi dengan cepat dan murah. Good luck untuk kamu yang mau ngurus SIM juga!

Tips and Trik:
1. Siapin berkas-berkas yang lengkap. Fotokopi yang banyak supaya tidak ribet cari fotokopian di sana. Lagipula, harganya pasti lebih mahal.
2. Bawa pulpen dan pensil.
3. Boleh menolak asuransi.
4. Boleh menolak pungli di bagian pengarsipan.

1 comment:

  1. Pungli memang di mana2...menyedihkan...sudah jelas di tulis gede2 TIDAK DI PUNGUT BIAYA...memang bener sih...di loket itu yg tidak di pungut biaya...tapi di loket yg lain di pungutnya...ckckck....

    ReplyDelete