Tuesday, February 21, 2012

Magazine Things: Horizontal Flip

Meskipun cuma sebagai penulis waktu kerja di majalah dulu, saya sedikit banyak belajar hal lain soal permajalahan. Salah satu ilmu yang "nyangkut" adalah tentang foto dan layout halaman. Saya tidak sengaja belajar ini dan bukan karena ikut pelatihan. Saya cuma "nguping" saat Mbak Bos merevisi layout dan memberikan wejangan kepada art director.  Kebetulan, jarak meja saya dan meja art director tidak jauh. Saya bisa melihat jelas apa yang ada di layar komputernya. Secara, layarnya segede gaban. Hihihi.

Kali ini saya mau bahas tentang kapan horizontal flip wajib dilakukan pada sebuah foto. Oiya, tips ini bukan tips profesional yang berdasarkan teori sahih yaaaa. Setidaknya, tips inilah yang diterapkan di majalah saya dulu. Jadi, silakan kalau ada yang mau menambahkan atau membetulkan.



Contoh 1.
Sebelum di-flip horizontal.

Foto dalam sebuah artikel merupakan elemen pelengkap sekaligus utama. Karena sifatnya yang visual, majalah pasti lebih menarik dengan kehadiran foto atau ilustrasi. Tapi, jangan sampai foto tersebut menjadi bumerang. Kesalahan layout foto seringkali, tanpa disadari, memengaruhi mood atau habit membaca. Jika layout-nya keliru, biasanya pembaca akan men-skip halaman itu.

Layout bagaimana sih yang keliru? Hindari foto yang mengajak pembaca "keluar" dari halaman dan tidak fokus pada artikel. Bingung ya? Oke, langsung ke contoh aja yah. Coba lihat gambar contoh 1 di atas. Foto ilustrasi di halaman kiri, posisi wajah modelnya menghadap ke kiri atau ke luar halaman. Sama seperti halaman kanan. Selain posisi model, space background foto itu juga lebih banyak ke arah kanan atau ke luar halaman majalah.

Layout foto yang baik mampu mengajak pembaca "masuk" ke dalam halaman sehingga fokus kepada teks. Jadi, carilah foto ilustrasi sesuai kebutuhan layout yang, sekali lagi, mengajak pembaca "masuk" ke halaman. Trus, dua foto di atas nggak bisa dipakai dong? Masih bisa diselamatkan kok! Caranya? Pakai teknologi photo editor yang ada fasilitas horizontal flip. Treatment itu membalik foto seperti efek cermin. Voila, hasilnya akan seperti di bawah ini :)



Contoh 2.
Lebih fokus kan?


Oke, jadi kalau fotonya kurang pas, tinggal di-horizontal flip. Eitsss, nggak semuanya bisa begitu. Kita harus hati-hati. Jangan sampai timbul kejanggalan baru yang fatal. Maksudnya? (nanyak mulu ihhhh, ahahaha)
Coba lihat contoh foto di bawah ini. Gara-gara di- horizontal flip, tulisan backdrop di belakang pacar saya itu ikutan kebalik. Selain itu, sebagai pacarnya, saya tahu betul tattoo "Jack" and "Flying Bird" Johnny Depp ada di tangan kanan. Horizontal flip yang tadinya mau "menyelamatkan" artikel, malah bikin cacat. 

PARIS, FRANCE - NOVEMBER 08: 
Johnny Depp and Amber Heard attend 
the 'Rhum Express' Paris Premiere at
Cinema Gaumont Marignan on November 8, 2011 
in Paris, France. 

(Photo by Dominique Charriau/WireImage)

Hal serupa pernah kejadian di majalah saya. Waktu itu kolega saya menulis artikel profil seorang dokter. Sudah pasti si Dokter difoto dong yaa. Nah, karena foto pilihan posisi Si Dokter menghadap keluar halaman, akhirnya di-horizontal flip lah sama art director saya. Ehhhh gara-gara itu kami jadi "dinyanyiin" sama Mbak Bos, karena horizontal flip-nya bikin kejanggalan fatal. Pertama, tulisan di piagam yang jadi background Si Dokter jadi ikutan kebalik. Trus, mata Si Dokter yang aslinya memang asimetris antara yang kanan dan kiri, jadi makin aneh karena di-horizontal flip

Kami semua nggak ada yang sadar. Padahal sebelum naik cetak biasanya print out artikel dibaca ulang oleh beberapa orang. Parahnya, kejanggalan itu justru dirasakan Si Dokter dan dia protes langsung setelah melihat artikel itu. Duh, malunya kami.

Jadi, perhatikan baik-baik elemen fotonya. Selain tulisan dan ciri khas fisik seseorang, masih banyak elemen yang akan cacat bila dilakukan horizontal flip. Misalnya, bendera, bangunan terkenal (patung, gedung, dan lain-lain), dan masih banyak lagi.

Untuk kasus ini, saya jadi ingat pesan Mbak Bos yang selalu diulang. Reporter dan fotografer harus punya opsi foto sebanyak-banyaknya, dari berbagai angle dan posisi (potrait dan landscape). Jadi, opsi horizontal flip bisa dihindari dan tidak bikin kami kehilangan muka lagi.

7 comments:

  1. wah siip nih tipsnya. Kebetulan lagi pusing mau buat cover foto and gambar ilustrasi buku, perlu dicoba nih idenya.
    Tengkyuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sippppppooo..
      Ih, ngomong2 buku, jadi inget my own project yang belum terealisasi.
      Doakan yaaa semoga buku pertamaku bisa "lahir". Hihihi.

      Delete
  2. Lalu terbayang-bayanglah olehku wajah Bapak Imam Bahtera dalam mata kuliah Teknik Menata dan Menyunting Surat Kabar. Hehehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha.
      Apa kabar ya Mas Imam Bahtera?
      Tapi dulu aku kebagian diajarin Bang Zulhasril Ied. Mas Imam ngajarin Manajemen Media.

      Delete
  3. Hahahaha.. Jadi inget kerjaan sehari2 jaman dulu. Untuk urusan foto majalah, aku paling gatel kalo liat majalah yang pasang foto dengan resolusi rendah trus dipaksa untuk jadi lebih besar, hasilnya fotonya kotak2 gitu.. uurrggghh.. mbok ya di benerin dulu ato cari foto yang lain.. >___<

    Tapi tipsnya ok nih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Be. Aku udah terbiasa cari foto yang resolusi minimalnya 300 dpi. Soalnya untuk dicetak, nanti hasilnya pecah. Dulu, udah happy2 dapat foto ukuran gede, ehhh pas resolusinya dijadiin 300 dpi, fotonya cuma 3x 4 cm :))

      Delete
    2. jiahahahahahahah... emang kalo di internet ukuran dilayar sih gede2 tapi cma 72dpi, pas dipake, melempem.. hahaha...

      Delete