CelebriTues kali ini bahas salah seorang guru SMA saya. Galak tapi bikin mikir.
Namanya Ibu Aman Purba. Beliau guru sejarah waktu saya kelas 1 SMA. Saya tidak tahu berapa pasti berapa usianya waktu itu (1998). Namun dari fisiknya, saya mengira beliau sudah late 40's. Entahlah sekarang beliau masih sehat dan masih mengajar atau tidak.
Dari namanya, kamu tentu sudah tahu beliau berasal dari mana. Ya, beliau dari Sumatera Utara atau Batak. Seperti stereotype yang sudah terbentuk, orang Batak diidentikkan orang yang keras dan galak. Begitu juga dia. Garis wajah dan suaranya yang lantang menambah "keangkeran" itu.
Gaya mengajar beliau menurut saya kuno. Kenapa saya bilang begitu? Karena beliau sangat text book. Saat mengajar, beliau sambil membaca buku yang kami punya. Kenapa harus dibaca ulang? Kami kan bisa membaca sendiri di rumah. Tapi saya yakin, setiap metode mengajar pasti ada keunggulan dan kekurangannya. Mungkin, dengan membaca bersama begitu, kami jadi ingat.
Kalau sedang membaca bersama begitu, sudah tentu kami tidak boleh ngobrol atau berisik. Karena, kami harus siap dipanggil untuk giliran membaca. Kalau lengah dan tidak bisa melanjutkan bacaan, siap-siap kena omelan Ibu Purba. Hihihi. Saya alhamdulillah belum pernah apes.
Ujian selalu hapalan mati dan dengan jawaban singkat (misalnya: nama tokoh, nama tempat, tahun, dan lain-lain). Saya sih kurang suka model ujian begitu, karena terlalu "sempit". Hihihihi, dasar saya protes saja. Dan yang bikin tambah "sempit" adalah soal yang didikte. Jadi, kami tidak bisa menunda menjawab. Anyway, ulangan sejarah saya nggak pernah bagus. Paling bagus 7.
Dari kekurangan yang dia miliki, ada satu kalimat yang selalu dia ulang-ulang tapi bikin saya mikir. Setiap marah karena kami berisik atau bandel (kelas 1-15 memang terkenal berisik dan sering bikin ngambek guru), dia selalu mengeluarkan kalimat sakti: "Kalian boleh bersikap masa bodoh seperti sekarang. Tapi kita lihat 10 tahun nanti. Siapa kau dan siapa saya?! Kalau 10 tahun nanti kalian jadi orang sukses, kalian boleh sombong. Tapi belum tentu kan?". Saya merinding mendengarkan kalimat itu dan berpikir apa yang akan terjadi pada saya 10 tahun nanti ya? Saya akan menjadi apa?
Siapa saya setelah 10 tahun? 10 tahun dari kelas 1 SMA, berarti tahun 2008, alhamdulillah saya sudah bisa sharing pengalaman lewat reportase dan tulisan. Tahun 2008 hingga 2010 saya jadi jurnalis di sebuah majalah. Tahun 2010 hingga sekarang, selain masih menulis sebagai freelancer, saya juga sharing ilmu lewat lecturing. Alhamdulillah saya bisa bermanfaat untuk orang lain. Amin.
Terima kasih untuk Ibu Purba yang sudah bikin saya mikir!
P.s: Sayang, saya tidak punya foto beliau. Hmmm, mungkin ada di buku tahunan. Nanti deh saya coba cari dan scan.
Hey Ibu Purba, Emy sekarang (setelah >10 tahun) kerjaannya cuma bengang-bengong tuh Bu di kamar... Hahahaaa...
ReplyDelete*orangnya lagi tidur* zzzzzzzzzz
DeleteNah loh, klo emy SMA tahun 1998, berarti aku lebih muda dong hihihi... *sok kemudaan*
ReplyDeleteKata-kata ibu Purba-mu itu jadi ingetin aku ama buku pribadi tahunan SMA-ku deh, ada satu halaman buku yang harus aku tulis di tahun 2013...^^
Yang penting 10 tahun lagi itu gak jadi anak SMA juga, Bu! *klo aku jadi emy*
iyaaaa, aku kan kelahiran 83 say.
Deletekamu 85 kan ya? ahhh ga beda jauh lahhh :p *ga mau dituain* muahahahahaha.
ihhh guru sejarah gw kelas 1 SMA juga namanya Bu Purba tapi kagak inget namanya, Ibu **** Purba aja hehehehe :p
ReplyDeleteHmmmm ada kmungkinan mereka org yg sama ga Neng?
DeleteFeeling gw sih beda. Masa 1 guru tetap bisa ngajar di 2 SMA negeri secara bersamaan?