Wednesday, April 11, 2012

Dia Dan Kopi

Credit: Luca Baroncini (sxc.hu)

@pradikhabestari 1.Kalo bikin kopi,jgn maksa pake air yg udh ga panas 2.Kalo ga ada sendok,jgn maksa nuang gula lgsng dr botolnya. Jd kayak sirup suam2 kuku.

Gara-gara baca kicauan Babay (teman kuliah) di atas, saya teringat cerita soal kopi. Tepatnya, tentang orang-orang terdekat (atau yang pernah dekat) saya dan takaran kopi mereka. Orang terdekat itu tak selalu pacar ya... Bisa sahabat atau gebetan. Hahaha. Ya, saya mengaku. Meski terlihat cuek, saya sebenarnya perhatian. Sangat malah. Kalau sudah 'jatuh hati' padamu, saya diam-diam akan mencari tahu apa kesenanganmu, termasuk takaran kopimu. 

Mengapa saya ingin sekali tahu? Karena, entah mengapa, saya sangat ingin menyeduh kopi untuk orang yang saya sayangi. Norak? Biar saja. Bagi saya, menyeduh dan menyuguhkan kopi seperti 'menuangkan' hati saya. Gombal? Tidak juga. Jika takarannya tepat, kopi yang diinginkan pasti tersaji. Ah, penikmat kopi sepertimu pasti tahu rasanya menyeruput kopi sesuai selera. Surga! 

Mereka yang (pernah) dekat dengan saya tidak semuanya suka kopi. Contohnya, lelaki nomor satu di hidup saya, Papa. Dia hanya ngopi sesekali dan cukup puas dengan kopi kemasan. Karena jarang ngopi, Papa pasti meminta saya membuatkan kopi untuknya. "Rasanya senang dibuatkan kopi oleh orang kesayangan," kata Papa. Tuh kan benar! 

Saya ingat, ada tiga orang (yang pernah) dekat, yang takaran kopinya saya pelajari. Pertama, Si Obeng. Dia perokok. Katanya, teman rokok ya kopi. Hampir tiap hari, pagi dan siang, dia pasti menyeruput kopi. Kadang, kalau sedang sibuk kerja, dia melewatkan kopi siangnya. Tapi tidak pada kopi paginya, wajib! Kecuali, pernah sekali persediaan kopinya habis. Dia lalu ke kantor lebih pagi, mampir dulu ke warung kopi.

Obeng paling anti kopi kemasan. "Kamu harus bisa bikin kopi yaaa," katanya. Sudah pasti saya tidak mengiyakan begitu saja. "Tinggal beli nescafe coffee mix. Seduh deh," jawab saya sok cuek. "Never! Kopiku gampang kok. Satu sendok kopi  hitam dan dua sendok gula. Airnya harus mendidih," ocehnya. Obeng tidak serakah. Satu cangkir cukup.

Takaran kopi Si Tang lebih sederhana lagi. Mudah! Tapi saya harus modal mesin pengolah kopi. Tang tidak suka membeli bubuk kopi. Dia lebih memilih mengolah biji kopinya sendiri. "Rasanya beda!" Bagi Tang, kopi ya kopi. Hitam dan pahit. Tak perlu dirusak dengan gula, creamer, ataupun susu.

Saya rasa, Tang lebih sering menenggak kopi hitam kesayangannya daripada air mineral. Sekali seduh, seteko penuh. Kalau habis? Ya seduh lagi. Tang tak masalah bila kopinya sudah dingin. Ia tetap akan menghabiskan hingga tetes terakhir. Oiya, Tang juga perokok.

Yang terakhir, 'resep' kopi Si Palu. Padahal ya, dibandingkan dua orang tadi, Palu orang yang paling sabar, nggak pernah mengeluh, dan selalu bikin saya senang. Saya pikir, takaran kopinya pasti nggak njelimet. Ternyata saya salah! Butuh tiga 'skenario' pembicaraan untuk mengingat takaran kopinya. Ya, saya gengsi ketahuan diam-diam merekam resepnya. Supaya ingat, saya mencatat di notepad. 

"Setengah sendok kopi hitam, satu sendok gula, dan satu sendok creamer. Seduh dengan air mendidih 3/4 bagian gelas. Aduk sampai tercampur rata, lalu masukkan susu cair 1/4 gelas yang tersisa. Ingat, susunya belakangan. Rasanya beda!" pidatonya. Ahahahaha. Saya pernah menuangkan susu bersamaan dan menurut saya rasanya sama saja tuh! Mungkin karena lidah saya bukan 'pakar kopi'. Hihihi.

Ironisnya, meskipun diam-diam 'mencuri' ilmu kopi mereka, saya sekalipun belum pernah menyeduh dan menyuguhkan kopi untuk mereka. Mungkin kopi buatan saya belum 'berjodoh' dengan lidah mereka. Atau, ternyata mereka sebenarnya bukan orang terdekat saya? Entahlah.






10 comments:

  1. kalo gua gak terlalu suka deket2 ama orang yang suka ngerokok dan ngopi. karena mulutnya bau. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buahahahaha. Iya banget kalau yang perokok! Sebenarnya gue juga benci banget sama perokok. Auk deh napa pernah dekat sama perokok. Kualat kali.

      Tapi kalau ngopi? Ga bau ah! Kecuali bubuk kopinya dicemilin tiap hari -___- *cium bau mulut sendiri* Wkaakkakaka.

      Delete
  2. Jadi ingat dulu juga jadi anak kesayangan untuk buatin kopi alm papa ^^

    Aku sukanya malah teh, my! Tiap pagi wajib minum teh hangat, rasanya adeeeem banget ^^

    Klo emy? Suka kopi yang gimana? Manatau aku bisa seduh kopi utk emy suatu hari nanti ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga suka teh kok May.
      Aku penikmat kopi tapi ga cerewet.
      Kalo boleh milih, aku suka yang creamernya banyak. Satu sendok teh kopi, tiga sendok gula, 4 sendok creamer. Atau, kalau ribet kopi sachet yg aku suka itu Indocafe Cofeemix.

      Tapi, sekali lagi, disuguhi kopi yang macam2 aku juga mau. Apalagi kalo dibikinin. Hihihi

      Delete
    2. Kebetulan dirumah ada kopi Aceh ama kopi Kerinci nih hehehe...Aku pernah nyobain dua-duanya, perasaaan sama aja deh rasanya, rasa kopi! Tapi kok org2 bilang beda? *dasar lidah badak nih akunya muahahaha*

      Eh aku nagih cerita lanjutan ketemu si
      Miller, AWAS KLO GAK! Aku sumpahin dapet jodoh cakep, jujur, baik hati, tdk sombong dan rajin menabung! *eh

      Delete
    3. iya sayang... malam ini ya.. tau ni lagi males ngeblog -___- banyak banget utang tulisan.

      Delete
  3. Kopi terenak yang aku minum itu waktu makan di Restoran Wawasan Mutiara di Penang. Bukan Kopi O, kopi aja. Kalo buat sehari-hari aku suka Indocafe yang Jahe atau Good Day yang Choc Orange. Buatku itu paling enak *kali gitu mau dibeliin. Hehehe...

    Btw, apa kabar si judes??? Lalalalala.... :D :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh, dulu aku juga suka yang Choc Orange. tapi lama-lama bosan.

      Siapa tuh Judes??! Sudah lupa tuh! Ahahaha.

      Delete
  4. Kebetulan aku ga suka sama kopi Emy.. hehe.. Tapi suka disuruh bikin kopi sama bokap.. Bener banget yang lo bilang.. Bokap itu paling suka kalau dibikinin kopi sama anaknya :D

    ReplyDelete