Friday, April 6, 2012

Let's Get Lost (5a): KL - Hat Yai

Bus double decker a.k.a bus tingkat Sri Maju,
mengantarkan kami dari Puduraya (Malaysia) ke Hat Yai (Thailand).
Kami duduk di atas, lho! Sooo exciting!

Jumat malam, 30 Maret 2012:
Berangkat ke Hat Yai
Setelah lelah jungkir balik foto-foto di KLCC, kami kembali ke Terminal Puduraya. Kami kembali menanyakan kepastian di mana kami harus menunggu bus. Karena, keterangan yang diberikan semula masih kurang jelas. Tadinya kami diberitahu menunggu di dekat lobi Hotel Ancasa. Siang tadi kami cari di mana lobinya, tapi tak ketemu. Oke, sekarang kami diberitahu untuk menunggu di Platform 12. Lebih mudah.

Waktu kami masih agak lama untuk menunggu pukul 22:00. Kami memanfaatkannya untuk istirahat sebentar, lalu bersih-bersih dan sholat. Baru setelah itu makan malam di food court lantai 4. Oiya, sebelumnya saya dan Indy menukar MYR30,60 menjadi THB300. 'BANYAK' banget yahh?  Hihi, kami kan cuma sehari saja di situ. Yang penting jalan-jalan sekitar situ, lalu pulang.

Saat istirahat, kami memilih ruang loket untuk dijadikan base camp, karena lumayan pewe dan tentunya banyak colokan! Ahahaha. Karena kursi yang dekat colokan sudah penuh, akhirnya kami lesehan di dekat tiang bercolokan listrik. Untungnya, lantainya berkarpet. Seorang petugas sempat melihat kami dan dia bilang kami kreatif karena membawa ekstensi colokan. Ya, kemana pun, kalau bepergian jauh, saya pasti selalu membawa ekstensi colokan. Pertama, karena kebutuhan listrik saya lebih dari satu (ponsel dan laptop). Kedua, karena saya takut mencolok listrik kalau tidak pakai ekstensi yang ada saklarnya.

Agar lebih efektif dan efisien, akhirnya kami gantian ke mushola. Indy dan Ashry duluan, saya menunggu ponsel dan baterai yang sedang di-charge sambil update blog. Oiya, fyi, mushola Puduraya besar dan nyaman banget. Setelah semuanya kelar, kira-kira pukul 20:30, kami bergegas ke food court dan memesan menu 2 orang untuk bertiga. Biasa deh, ngirit! Malam itu kami memesan Nasi Goreng Kampung dan Tom Yam. Karena ternyata nasi gorengnya porsinya sedikit, maka kami memesan nasi putih. Saya lupa rincian harganya. Total harga makan malam kami MYR11,5. Rasanya? Nasi gorengnya dikit dan topping-nya nggak seperti di display, jauh banget sama porsi nasi goreng di food court KL Sentral. Tom Yamnya, walaupun  porsinya sedikit tapi dimasak baru dan rasanya segar.

Setelah kenyang, kami bergegas ke Platform 12. Tadinya, kami langsung ke bawah, tempat bus berhenti. Tapi, petugas menjelaskan bus kami baru akan datang 10 menit sebelum waktu berangkat. Kami disuruh ke ruang tunggu di atas. Memang benar sih, kalau kami kekeuh nunggu di bawah, kami bisa sesak nafas mencium bau asap knalpot bus. Kami pun akhirnya menunggu di atas.

Kondisi di atas cukup ramai dengan suara penumpang. Diselingi dengan teriakan kondektur yang memberitahu bus yang akan berangkat. Kami pun pasang kuping kalau-kalau nomor bus kami dipanggil. Sudah pukul 21:50 tapi kami belum juga dipanggil. Setiap ada kondektur yang meneriakkan "Hat Yai", kami langsung menanyakan apakah itu bus kami. Mereka menggeleng. Malahan ada yang bilang bus kami baru akan berangkat sejam lagi. Nahlo? Duh! Saya takut ketinggalan bus.

Akhirnya, kira-kira pukul 22:00, ada seorang kondektur yang meneriakkan "Hat Yai" lagi. Saya pun menghampirinya dan menunjukkan tiket kami. "Ini dia, sudah ditunggu dari tadi. Kenapa tunggu di sini? Ayo cepat," katanya. Ternyata yaa, seharusnya kami tidak menunggu di Platform 12, melainkan langsung di pinggir jalan depan terminal Puduraya. Hmmm, mungkin itu yang dimaksud si Calo siang tadi. Dan sebenarnya Indy juga sempat bingung, apa iya si double decker muat di terminal bawah, karena bus biasa saja sudah hampir mentok dengan atap.

Walaupun agak kesal, karena diberi tahu info yang salah, kami masih bersyukur tidak ketinggalan bus. Beruntung kami mendapatkan jatah kursi di atas. Ahahaha, baru sekali nih saya naik bus tingkat untuk perjalanan jauh. Seperti apa yaaa? Nyaman nggak ya? Pegal nggak ya tidur di bus? Saat naik ke atas, saya sempat bingung kenapa salah satu bangku kami ditempati. Tadinya Indy bilang "Ya sudah kita duduk di kursi lain." Loh? Iya, saya tahu maksud Indy dia malas ribut, tapi kan itu hak kami. Kalau kami menempati kursi lain, jangan-jangan kami malah mengambil hak orang lain. Akhirnya saya tegur langsung bapak-bapak India itu "Sorry, this seat is mine. What's your seat number? " tanya saya sambil menunjukkan tiket saya. Dia hanya bingung dan langsung pindah ke belakang, kursi dia sebenarnya.

Oiya, tadinya si calo bilang kami bakal duduk sederet (15-22-23, susunan bangkunya 1 - 2). Eh ternyata nggak. But it's not a big deal sih, ternyata Ashry hanya satu deret di depan kami. Setelah mencoba bangku, ternyata lumayan nyaman dan jarak kaki dengan bangku depan cukup jauh. Ya, standar bus eksekutif lah. Sebelum orang di belakang saya datang, saya langsung men-setting bangku saya 180 derajat layaknya dipan. Boong deng . Ya, yang penting nyaman untuk tidur.

Kira-kira 15 menitan kami menuggu penumpang lain yang belum naik. Jeng-jeng! Tiba-tiba datanglah empat pemuda India (maaf, saya nggak niat racist). Tampangnya nggak karuan dan saya punya feeling nggak enak dengan kehadiran mereka. Kami menamakan mereka Gerombolan Siberat. Eh, benar lho feeling saya. Selama perjalanan, mereka rusuh banget ngobrol dengan suara keras. Udah gitu, mereka juga makan melulu. Makan memang nggak dilarang, tapi kalau bau makanannya menusuk? Kan kasihan penumpang lain. 'Kabar baik'-nya, mereka duduk tepat di belakang saya dan Indy! Sepanjang jalan saya sibuk menutup hidung dengan pasmina dan menyumpal kuping saya dengan MP4 player. Alhamdulillah sih, saya tetap bisa tidur nyaman.

Tak jauh dari Puduraya, bus berhenti di pom bensin. Hmmm cukup lama sih, sekitar 30 menitan. "Ngisi berapa barel sih ni bus?" tanya Indy. Ahahahaha. Setelah itu, perjalanan ke Hat Yai dimulai. Saya kira, medan yang bakal ditempuh itu seperti mendaki gunung lewati lembah plus jalanan rusaknya. Ternyata nggak! Ya seperti jalan tol biasa. Seperti dari jalanan ke Bandung. Tapi karena gelap, jadi tidak terlalu banyak yang bisa dilihat. Ya sudah, saya memutuskan untuk tidur lagi.

Imigrasi Malaysia dan Thailand
Pukul 02:00, saya terbangun. Rupanya bus berhenti. Saya amati, jangan-jangan sudah sampai di imigrasi Malaysia? Tapi kayaknya sih belum. Baru berapa jam saja dari keberangkatan. Kayaknya hanya transit biasa. Mungkin ada yang mau makan atau ke toilet. Saya juga lega karena melihat beberapa penumpang yang masih duduk di bus. Kira-kira pukul 06:00, saya terbangun lagi karena bus berhenti. Kali ini saya lihat, semua penumpang turun dengan barang bawaannya. Wah saya langsung panik, jangan-jangan sudah sampai di imigrasi Malaysia. Saya langsung bangunin Indy dan Ashry dan menyuruh mereka bergegas. Waktu turun, paspor kami diminta kondektur. "Wah, benar nih sudah di imigrasi," pikir saya. Ternyata bukan. Cuma tempat transit biasa dan masih berada di wilayah Malaysia. Kami akhirnya memanfaatkan untuk ke toilet. Informasi dari seorang bapak, paspor kami dikumpulkan untuk diisikan lembar imigrasi Thailand. Rupanya, itu salah satu pelayanan dari travel bus kami.

Kami pun kembali ke bus dan tak berapa lama, kondektur membagikan paspor kami yang sudah lengkap dengan lembar imigrasi yang diisi rapi (di-print). Tinggal kami tandatangi dan isi next destination. Tak lama, kami berhenti lagi dan semua orang terlihat bergegas turun. Saya tanya ke bapak sebelah, "Ini imigrasi Malaysia?". Iya, katanya. Saya langsung membangunkan Indy dan Ashry. Bisa dibilang, mereka berdua kurang peka kalau bus berhenti. Ahahahaha. Kalau saya, setiap bus berhenti, pasti bangun. Kami langsung ke antrean dan prosesnya lancar sekali. Saya kira, imigrasi Thailand berada di spot yang sama, rupanya tidak. Kami pun kembali ke bus. 

Di sinilah kondektur curhat kalau dia juga sebal dengan Gerombolan Siberat. "Semua kursi bersih, kecuali empat orang belakang ini," katanya sambil menunjuk ke arah belakang. Pas saya dan Indy tengok, ya ampunnn! Kursi belakang kami penuh dengan sampah kuaci! Ckckckckck, pantesan bau. Kondekturnya juga bilang, salah satu dari mereka tidur dengan kaki di atas jok Indy. "Memang tak ada otak," kata si kondektur geram. Indy, sebagai korban, malah nggak sadar joknya dikasih kaki. Ahahhaha dasar kebo lo Ndy! Oiya, kondektur kami baik sekali! Orang Melayu. Setelah penumpang kelar dengan urusan imigrasi dan kembali ke bus, seperti biasa kondektur memastikan jumlah penumpangnya. Semua sudah di atas kecuali Gerombolan Siberat! "Adakah yang kenal mereka? Tinggal saja lah?" katanya mantap dan esmosi. Tanpa sadar, saya ikutan teriak "Iya" bersama penumpang lain. Yak, bye bye Gerombolan Siberat! Silakan cari bus lain menuju Hat Yai. Lagian, siapa suruh lama. Ih jahat banget ya saya

Hanya berselang 30 menit, kami berhenti lagi. Nah, kali ini baru imigrasi Thailand. Kami semua turun dengan barang bawaan. Kami mengikuti kemana orang berjalan. Imigrasi Thailand (di Sadao) ini letaknya seperti di terminal bawah jembatan. Agak kurang rapi, menurut saya. Nah, saat mengantre saya berkenalan dengan seorang pria asal Malaysia yang mengaku tinggal di Australia. Namanya Ashton. Penampakannya seperti orang Melayu dan India gitu. English-nya cas cis cus seperti bule. Dari Ashton lah saya tahu, bahwa kami belum sampai di Hat Yai. Satu jam lagi, katanya. Sempat ada kejadian nggak mengenakkan. Ashton ditolak bapak-bapak imigrasi karena tidak mengisi tempat menginap di Thailand. "I'm not sure yet about the hotel," katanya. Tapi si bapak imigrasi Thailand yang saya yakin Bahasa Inggrisnya paspasan, cuma geleng-geleng dan ngusir Ashton dengan bahasa tubuh. Khawatir dengan kondisi Asthon, saya nanya ke dia "You are ok?"  (buahahahaha, kebalik-balik deh tuh Bahasa Inggris gue). "I'm good," katanya. Alhamdulillah sih, urusan imigrasi Si Asthon kelar.  

Bener juga kata Ashry,
Ashton mirip Miller.
Tapi iteman, makanya saya kira
dia keturunan India.
Kapanlagi.com
Bahas Asthon lagi boleh yaaa...???  Waktu saya tanya apakah dia pernah ke Jakarta, dia bilang cuma transit saja. Kalau ke Indonesia, dia palingan ke Balikpapan. Ashton orangnya charming dan helpful. Dia ngasih tahu saya untuk membeli tiket langsung di travel resmi bus Sri Maju. Dia juga mengingatkan saya untuk segera membeli tiket sesampainya di Hat Yai. Karena, katanya, mencari bus kembali ke Kuala Lumpur sangat terbatas. Dan obrolan berlanjut seputar tempat tinggal dan pekerjaan. Menyenangkan! Saya sebenarnya sudah sadar dengan kehadiran dia di kursi bagian belakang. Tapi saya abaikan karena saya kira dia salah satu dari geng Gerombolan Siberat. Ahahaha. Intinya, Ashton bisa dijadikan salah satu gebetan kami di trip ini  Lumayan lah... daripada lumanyun. 

*to be continued  *

12 comments:

  1. Oooo, itu Ashton Kutcher yang kerja di SPBU? Ahahahaa, ternyata mirip Miller??? Najong :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. hush! ngarang deh!
      bukan di SPBU, tapi dia tukang minyak keliling.
      "Minyiaaaak" =))buaahahhahaha!

      Delete
  2. Wah, seru bangeeeet! ^_^
    Satu pertanyaan yg mengganjal My, selama perjalanan gak bawa map ya? Soalnya klo aku di posisi Emy, yg tidur-bangun-terkejut gitu, haduuuh T_T

    Yeee kirain itu fotonya Ashton, ada gak foto bareng dianya?
    [Jodoh emy gak ya? >_* aku doain deh...]

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga bawa map Mayy. modalnya tinggal "nama tempat tujuan" dan tinggal tanya deh.

      oh soal yg kebangun itu, kyknya bakal dibangunin kondekturnya deh kalau emang harus turun dan kita ga bangun2. hehehe

      Foto bareng? GHENGSHI! Ahaha. Kelanjutan cerita Asthon rada tragis nih Mayy. Nanti aku ceritain di post berikutnya. dan aku berharap sih dia bukan jodohku. hehehe. insyaAllah, beribu-ribu lebih baik dari Ashton. Amin.

      Delete
  3. gua belum pernah lho naik bus double dekker gitu...

    wah iya kalo naik bus gitu trus ada yang rese (jorok/bau/berisik) emang nyebelin ya. untung akhirnya ditinggalin ya. huahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm, ternyata busnya beda sama di Indo, lebih nyaman. gw tidur, ga pegel2 tuh.

      iya, huh! untung aja mereka kita tinggal.
      asli, bau banget (antara bau mereka dan bau makanan) plus rusuh!

      Delete
  4. ASHTOOOOOOOOOOOOOOOONNN *matalopelope* kapan ya ketemu dia lagi? ke Balikpapan apa kita Tun? muahahaha gatel

    ReplyDelete
    Replies
    1. ogah ah. lo aja gih. ambil gih. bungkus gih.
      maaf saya tidak terima barang second. huh!

      *dendam membara*

      Delete
  5. enaknya traveling muluuu...mupeng
    eh eh, masak sih tuh gerombolan si berat ditinggalin gitu aja ama bisnya?
    Boleh gitu? Ga dituntut atau gimana ya?

    (antara YESS!! sama boleh ga ni?) :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. 'kabar baik'-nya Vic, di term and conditions tiketnya tertulis "Kl lama, gue tinggal yeee".ahahaha. etapi serius, gw pernah baca blog orang. dia juga ditinggal karena kelamaan. di tempat yg sama juga, imigrasi malaysia menuju imigrasi thailand

      Delete
  6. eh aku uda lama ga ke sini dong.. postingannya udah banyak aja... :D

    dtunggu lanjutannya loh.. :D

    ReplyDelete