Tuesday, October 8, 2013

Rambut Cepak Mbak T

Credit: sxc.hu (shyle zacharias)

Hari ini saya senang banget, karena to do list kecentang semua alias terlaksana, bahkan melebihi target. Perjalanan pergi pulang juga alhamdulillah lancar. Saya sengaja berangkat pagi (05:30) dan pulang setelah magrhib (18:15). Saya sempat kencan singkat sama Romleh, brunch semangkuk penuh bihun campur Palmerah. Ditutup dengan dessert kue cubit setengah matang. Oiya, Romleh tadi sekalian kasih titipan kopi Wamena dari Danih. Rasa dan aromanya unik! #BahagiaItuSederhana

Semuanya menggembirakan hati kecuali satu hal. Tadi saya merasa bersalah setelah mengomentari rambut seorang kenalan di kantor Palmerah. Sumpah, saya memang spontan ingin memuji. Bukan niat basa-basi. Saya memuji karena dia memang terlihat lebih fresh dengan rambut cepaknya. Ditambah lagi saya sudah lama tidak bertemu dia. Pangling.

Kami bertemu di lorong. Saya ke arah mushola, dia ke arah ruangannya. Dari jauh, dia duluan yang memberi senyuman, saya sempat tidak mengenalinya. Saya baru sadar itu Mbak T, karena rambutnya memang manglingin dan bikin dia kelihatan beda. Lebih muda.

Me: "Mbakkk T, segar banget deh dipotong begini. Tumbenan. Cakep ih." (semringah + heboh)
Her: "Hehe. Masa sih? Baru numbuh loh padahal" (senyum teduh)
Me: (bingung) "Maksudnya Mbak?"
Her: "Oh kamu sudah lama nggak ke Palmerah ya? Aku baru sakit 7 bulan ini. Tadinya rambutku habis. Ini baru tumbuh. Tadinya pakai wig, panas. Sekarang karena rambutnya sudah banyak, cuek saja deh.
Me: (masih bingung) "Maaf Mbak, kalau aku boleh tahu, sakit apa?"
Her: "Kanker payudara. Kemarin rambutku habis karena kemo." (dijawab dengan yakin dan masih dengan senyum teduh)
Me: (melongo dan ciut) "Mbak, maaf aku nggak tahu. Aku tadi komen rambut karena dirimu memang kelihatan segeran. Maaf ya Mbak, kalau komentarku mungkin jadi salah dimengerti. Semoga cepat sembuh ya Mbak. (Sumpah, saya tidak berani menanyakan lebih lanjut seputar penyakitnya itu. Beribu pertanyaan ingin sekali saya tanyakan. Namun, pujian rambut cepak sudah cukup telak.)
Her: "Nggak apa-apa Emy. Aku senang malah dibilang segeran. Makasih ya doanya."
Me: "Sekali lagi maaf ya Mbak. Maaf."
Her:  "Nggak apa-apa." (tetap dengan senyum teduh dan tegar)

Huhuhu sumpah saya jadi nggak enak. Tapi benar deh Mbak T sama sekali nggak kelihatan sedang atau habis sakit. Dan dia memang kelihatan lebih fresh dengan potongan rambut cepak seperti itu. 

Setelah kejadian tadi, sepanjang hari  hingga sore, di perjalanan pulang, dan hingga sekarang, saya menyesal sudah komentar soal rambut Mbak T. Padahal saya selalu mengingatkan diri saya untuk tidak berkomentar soal fisik (baik positif ataupun negatif) ketika bertemu orang, apalagi jika kami tidak terlalu dekat dan sudah lama tidak bertemu. 

Mengenai kejadian siang tadi, meski niat saya memang murni ingin memuji, bisa saja kan Mbak T salah paham mengira saya 'meledek'-nya. Walaupun saya tidak tahu kalau Mbak T sakit, kejadian tadi bisa dihindari kalau mulut saya tidak keceplosan mengomentari rambut cepak Mbak T :(

2 comments:

  1. yah kalo dipuji ya mestinya gpp ya... pasti mbak T juga seneng karena terlihat lebih segar :)

    ReplyDelete