Thursday, October 10, 2013

Suka - Duka Hari Ini

Sering banget kejadian, kalau habis ketawa terpingkal-pingkal keterlaluan pasti ada kejadian menyedihkan. Kalau lagi heboh kesenangan, saya suka mengingatkan diri sendiri untuk tidak "over".

Seperti hari ini. Tadi pagi saya wawancara wartawan olahraga salah satu surat kabar ibukota. Ini orang gokilnya nggak ketulungan. Dari awal bikin janji via telepon dia sudah nunjukin kegokilannya. 

Saya : Halo dengan Mas Eko Sontoloyo (bukan nama sebenarnya)? 
Dia: Wah bukan! Salah orang! 
Saya: Loh? Ini 08123456789 (bukan nomor sebenarnya) kan? 
Dia: Iya hehehe. Iya benar Mba ini saya. 
Saya: -____-

Nah, pas ketemu langsung ternyata orangnya memang benaran gokil. Saya yang sebenarnya gokil juga, kalau diajakin gokil mah malah senang dan ngeladenin. Akhirnya, wawancara isinya cuma ngakak pol. Saya nggak konsentrasi menggali jawaban dia. Bagaimana mau konsen, dia jawabnya ngawur gitu :)) Seru deh orangnya. Pagi tadi saya benar-benar bahagia. Di tengah-tengah wawancara saya sempat bilang "Udah dong Mas ngelawaknya. Saya takut kalau ketawa berlebihan nanti nangis."

Eh benar dong. Setelah seharian nggak berhenti senyum-senyum sendiri ketemu Mas Eko Sontoloyo yang bukan Patrio itu, di perjalanan pulang saya dapat SMS dari kolega kantor lama. Dia kasih tahu majalah tempat kerja saya dulu ditutup karena alasan pendapatan iklan yang tidak memenuhi target. Detik itu juga sampai sekarang saya sediiiiiiih banget. Sempat meneteskan air mata juga.

Meski tidak lagi bekerja di situ, saya masih merasa memiliki. Karena saya termasuk tim perintis yang membantu kelahirannya. Jadi, saya ngerasain lah bagaimana jatuh bangun memperkenalkan majalah baru ke pasar. Selain itu, saya sangat suka dengan konsep majalah ini. Beda dengan yang lain. Intinya, majalah kami punya value added. Isinya "berisi" dan edukatif. Bukan majalah cewek yang 'jualan' semata dan merangsang pembacanya untuk konsumtif.

Sangat disayangkan majalah bagus harus "disuntik mati" hanya karena alasan komersial. Ya, saya tahu sekarang kita lagi bicara bisnis media, yanggg tujuan utamanya adalah profit... profit... dan profit. Duit... duit.. dan DUIT.

Makanya, saya selalu berharap bisa punya hutan pohon duit. Lalu saya ingin bikin media sendiri. Media yang "berisi" dan tidak tergantung dengan pengiklan. Trus gimana cara menghidupkan medianya kalau nggak ada iklannya? Tenaaang, tinggal petik di pohon (#wishfulthinking). Semoga cita-cita saya itu tercapai. Aamiin. 

No comments:

Post a Comment