Gengbelengan formasi lengkap! Akhirnya, saya "kacamata"-an juga lhoo :p Cibubur - 31 Dec 2009 |
"CelebriTues edisi ini bahas sahabat SD dan SMP saya. Kebetulan sudah lama tidak ngumpul lengkap. Kangen."
Kami berlima. Ade, Ayu, Fadli, Mas Fani, dan saya. Ade, Mas Fani, dan saya se-SD. Lalu bertemu Ayu dan Fadli di SMP. Kami dekat sejak SMP karena sering main dan pulang bareng. Kenapa bisa awet sahabatan? Entahlah. Mungkin karena persahabatan kami tanpa embel-embel. Berteman tanpa mikir untung-rugi. Beda ya, kalau berteman di kuliah yang kadang suka "milih-milih".
Meminjam istilah seorang teman, karakter kami seperti warna-warni dari pelangi yang sama. Saling melengkapi. Ada Ade, sesepuh (padahal hanya beda kelahiran 1 tahun, tapi kami kekeuh bilang dia tua), yang akrab kami panggil Kancut. Dia plegmatis. Nggak suka konflik, pendengar yang baik, royal, dan good helper. Campuran Virgo-Libra (lahir 23 September 1982) ini sering jadi tempat curhat atau menemani kami ke suatu tempat. Ya, dia siap mendengar keluh kesah dan kasih advice kalau diminta. Ade juga sering jadi mediator kalau di antara kami ada yang slek. Selain itu, emang seru kalau kemana-mana ditemani Ade. Karena dia orangnya mau-an ("murahan"). Tapi kalau jadwal katering sedang padat, susah juga "nyulik" dia.
Soal royal? Jangan ditanya. Kalau dapat bonus, dia nggak ragu-ragu sms saya: "Nanti sore Pizza Hut, yuk." Bukan sekadar ngajak, tapi everything at that noon was on her. Atau nggak, tiba-tiba jadi donatur uang bensin. Penggemar makanan berkeju ini Pelor banget alias "nemPEL langsung molOR". Ritual DVD Marathon di rumah Fadli bakal terbalik buat Ade. Bukan dia yang nonton tivi, tapi tivi yang nonton dia. Nggak cuma pas nonton, di mobil dia juga gampang tidur. Di warung indomie, saking ngantuknya dia hampir merem. Padahal sedang duduk ngobrol dengan kami. Janji bergadang di kamar saya adalah janji buaya. Baru 15 menit ngobrol, dia sudah meringkuk ke dalam selimut. Tiba-tiba hening. Yak, Ade molor.
Begini nih malam minggunya jombloers. Pondok Kelapa (rumah Bude-nya Mas Fani). Desember 2009, minus Ayu. |
"Nggak Bang," kata Ayu menggeleng kepada Supir Angkot yang nawarin kami tumpangan. Ya, Ayu perhatian sama orang lain. Sementara kami cuek saja. Toh kami nggak nyetop angkot itu. "Kasihan Abangnya nungguin," kata Ayu. Mulia sekali yaaaa. Leo betina ini adalah "dokter" andalan kami. Apoteker yang sering kami tanya-tanyain soal obat-obatan. Kalau gejalanya begini obat yang bagus apa, trus apa efek sampingnya, atau alternatif obat dengan bahan dasar sama tapi lebih murah, dsb. Dia juga sering jelasin masalah kesehatan. Kami terkesima mendengar ulasan yang ilmiah dan detail, lengkap dengan istilah-istilah farmasi yang asing di telinga. Karena sering bersentuhan dengan masalah kesehatan, Ayu sangat higienis. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan? Wajib.
Ayu tidak suka basa-basi tapi sering merasa tidak enak-an. Tepatnya, dia sopan sekali. Misalnya, mikir dua kali kalau diajak kondangan teman atau saudara saya yang bukan teman dia. Dari kami berlima, Ayu yang paling "nggak murahan". Kalau sudah bilang nggak mood keluar rumah, biar diracunin gimana pun (misalnya ngajakin makan jajanan favorit dia a.k.a mie ayam), nggak bakal mempan. Dia tetap ngendon di rumah, tentu dengan koleksi DVD drama Koreanya. Penyuka karakter Monkichi ini hidup teratur dan disiplin. Semuanya terjadwal. Agak susah mendadak janjian dengannya. Apalagi kalau tempat janjian tak searah jalan pulang dari kantornya. Karena disiplin, bukan sekali dua kali Ayu terpilih jadi best employee. Sayang, reward jalan-jalan keluar negerinya belum rezeki. Next time giliran lo Yu! Apalagi sudah punya passport.
Mas Fani's birthday (24/12/2010), minus Ayu. Umur sudah 72 lebih, kelakuan macam anak Tk -__- |
Ngupil bukan perbuatan terkutuk. Tapiii, kalau ngupilnya tiap detik (rada lebay nih saya) trus upilnya dipeper kemana-mana??? Yak, itulah Mas Fani. Duh, saya seram ditampol dia nih karena baru saja melakukan pembunuhan karakter. Soal nampol menampol, saya dan Mas Fani punya "cerita romantis" waktu SD. Dulu ya.... Masa Mas Fani pernah nampol saya gara-gara saya ledek. Memang sih, saya yang jail. Nggak nyangka dia beneran nampol. Huhuhu. Sekarang? Ughh, awas saja kalau berani! Gue smack down lo Mas, mau? Kebiasaan minus Mas Fani lainnya adalah latah! Sudah gitu latahnya nyebut "property" sendiri! Nah, ini yang bikin saya seram jodohin dia ke teman saya. Malu, kalau Mas Fani sampai "kumat". Ahahahaha.
Kebiasaan ngupil dan latah nggak akan jadi masalah kalau kamu tahu betapa family man nya cowok Capricorn ini. Dia sayang banget sama keluarganya, begitu pula sama sahabat-sahabatnya. Si Melankolis sabar menghadapi sahabat-sahabatnya yang ajaib. Dia juga pendengar yang baik. "Hush, dengerin dulu Ade sampai selesai," katanya karena saya bawel nyamber cerita Ade. Saya sering cerita ke dia kalau lagi galau. Dia tahu apa yang saya mau: didengarkan tanpa dihakimi. Dia juga sayang banget sama [mantan] pacar-pacarnya. Tapi kadang jatuhnya lebih ke posesif sih (Peace Masss!). Soal kerjaan, Mas Fani orang yang fokus dan rapi. Walaupun suka panik dan bete kalau schedule-nya diutak-atik.
Waktu zaman keemasan dulu (tenang Mate, bentar lagi masa itu akan kembali. amin), Mas Fani sering jadi "cukong" kami. You named it, mau makan apa saja, pasti ditraktir. Kalau punya duit, dia royal dan boros! Dari dulu sampai sekarang Mas Fani adalah supir tercintah kami :* Thank you Mate. Nggak apa-apa kan pegal, ketimbang gue yang nyetir? Pembenci duren ini sangat memperhatikan penampilan. Rapi dan wangi. Sayang, wanginya lebih sering ketutup "wangi" rokok. Yup, Mas Fani is a bad smoker. Dia jadi "pasien" setia Ayu. Langganan diomelin karena rokok mulu. Oiya, Mas Fani suka Sarah Jessica Parker dan Olla Ramlan.
Abis kondangan bareng biasanya basian ke mol, karaoke, atau warung indomie. |
Last but not least, multi-talented Fadli. Cowok Pisces ini jago nyanyi (suaranya bagusss), bahasa Inggrisnya jago, pinter ngomong, marketer andal, bisa kayang, jungkir balik, joget poco-poco, dan balet. Empat skill terakhir, saya ngarang. Ahaahaha. Eh tapi, kalau ditantang, mungkin saja Fadli bisa. Sama seperti Mas Fani dan Ayu, pengagum Andien ini kalau kerja juga rapi dan profesional. Banyak bidang yang pernah dia coba. Kami senang punya cerita baru dari pekerjaaan-pekerjaaannya itu. Seru! Dia juga teman diskusi yang asik karena pengetahuannya luas. Selain Ade, Fadli sering nemenin kami ke suatu tempat. Kalau ada waktu, dia pasti bersedia nemenin ke mana dan kapan saja.
Seperti tagline sebuah rokok kretek, "Nggak ada loe, nggak rame!" Ya, kalau nggak ada Fadli nggak rame. Nggak ada dia, saya kehilangan partner nyela atau nyinyir sekaligus "ngebadut". Tim Silet, istilahnya Fadli. Dia nyablak, dannnnnnn ada saja celaan dan celetukan lucu, ajaib, sekaligus dalem dari dia. Waktu Ade mengeluh, "Duh gue nggak punya pantat." Fadli langsung nyeletuk,"Heh? Kalau nggak punya pantat, be*l lo keluar dari mana? Dari mulut?" Lain waktu saya berangan-angan, "Pengin deh ke daerah yang bersalju." Jawaban Fadli sumpah bikin ngakak, "Gih sono ke Papua. Kan gunungnya ada salju." Nggak habis pikir, kok bisa Fadli nyeletuk begitu. Spotan pula, nggak pakai lama mikir. Satu-satunya yang bikin dia mendadak "diem" dan masang plang "Awas Fadli Galak" kalau lagi laper berat. Oiya, Fadli resik dan rajin mandi.
Ingatlah Hari Ini
Setelah kurang lebih 15 tahun, banyak suka duka kami lewati. Misalnya beberapa persoalan pribadi yang bikin hubungan merenggang. Tapi kadang itulah yang menguji sampai di mana persahabatan kami dan bikin kami "pulang ke rumah". Cobaan terakhir terjadi akhir tahun 2009. Mas Fani jatuh di kamar mandi dan mengalami sedikit amnesia karena trauma otak ringan. Dia cuma ingat memori waktu SD. SMP ke atas, dia lupa. Dia cuma ingat saya dan Ade. Sama Fadli dan Ayu lupa. Sedih deh. Waktu itu kami emang sedang sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing-masing. Sejak kecelakaan itu, alhamdulillah kami mulai ngumpul lagi.
Iseng (lebih tepatnya, bokek sih) tingkat tinggi, jalan tapi cuma ngendon di TransJakarta Pinang Ranti - Grogol (pp). (Pertengahan 2011, minus Ade dan Mas Fani) |
Berantem? Tentu kami pernah. Justru itu bumbu persahabatan. Yang beberapa kali dan akhir-akhir ini sensi-sensian adalah The Boys (Fadli dan Mas Fani). Keduanya memang sama-sama sensi dan keras. Hmm, kalau begini, kami para cewek bingung mau mendamaikan. Paling cuma bisa berdoa. Huhuhu. Jangan sampai menyesal kehilangan sahabat. Masa harus ada salah satu yang sakit dulu baru baikan? Amit-amit ah. Para cewek juga pernah berantem. Tapi alhamdulillah, cepat kelar dan nggak dipendam. Terakhir slek waktu ke Bali. Padahal sudah happy jalan-jalan, ehhh pas pulang malah berantem. Ahahahaha. Sekarang lumayan bisa jadi bahan ketawa.
Kalau sedang kesal sama salah satu dari mereka, saya langsung ingat-ingat kebaikan sahabat-sahabat saya itu dan masa-masa seru dan gokil kami. Mereka kompak jemput ke rumah demi mendapat izin dari Papa dan Mama saya. Saya emang paling susah keluar rumah. Tapi biasanya, kalau saya bilang perginya sama Gengbelengan, Mama Papa saya ngizinin. Apalagi kalau di jemput dan diantar sampai depan rumah.
Saya juga ingat ritual DVD marathon di rumah Fadli. Kamar Fadli (dan adiknya) kami rampas demi acara khusus itu. Bisa sehari semalam! Dengan persiapan cemilan dan setumpuk DVD bajakan abangnya Fadli. Walaupun yang biasanya konsen nonton cuma saya, Mas Fani, dan Ayu. Fadli kadang rebahan di kasur, sesekali ikut nyeletuk usil. Ade? Sudah ketebak dong. Yup, dia molor.... Kalau dipikir-pikir nggak banget ya, kami para cewek tidur-tiduran di kamar cowok. Tapi kami memang sudah dekat banget. Cuek kentut (kalau bau, tinggal timpuk), ganti baju, tidur-tiduran, dan lain-lain.
Kerokan sudah jadi ritualnya Fadli - Ade kalau ketemuan. Fadli hobi masuk angin. Ahahahaha. Asli ya ini foto kayak di Buser, pake diblur-in segala. |
Kami juga sering bertemu dadakan. Justru ini efektif daripada direncanakan jauh-jauh hari. Dulu sih sering, baru aja Senin, kami sudah ngumpul lagi. Padahal weekend kami sudah bergadang. Kami menyebutnya "Gaul Prematur". Karena yang penting buat kami adalah ketemuan, tempat tak menjadi masalah. Mau nongkrong di warung tenda roti bakar belakang Pondok (pertokoan dekat rumah kami, Pondok Gede-Bekasi) ayo saja... Makan KFC atau bakso di Pondok, juga boleh. Habis itu karaoke dan nonton ke Pondok lagi, hajarrr! Kok Pondok melulu? Itu yang paling dekat dan murah. Ahahahaha.
Ngobrol dari A-Z, dari kutub utara - kutub selatan. Nggak ada habisnya. New year's eve, 31 Dec 2009, Dunkin Donuts PONDOK! |
Ahhhh, tulisan yang sudah panjang lebar ini tetap nggak cukup untuk nyeritain mereka dan petualangan kami. Ini ada sedikit cuplikan pembicaraan ngalor ngidul kami kalau sedang ngumpul atau jalan. Coba dengar betapa ributnya kami. [Note: abaikan suara sendawanya Fadli]. Ah, saya kangen mereka. Weekend ini harus ngumpul. Harus.
No comments:
Post a Comment