Sunday, January 22, 2012

Mau Jalan Di Mana?

Credit: Alex T (sxc.hu)

Barusan posting tentang mengurus SIM hilang, saya lalu baca berita tentang Kecelakaan Maut mobil Xenia di Tugu Tani (Jakarta Pusat), yang merenggut 12 korban (8 meninggal dunia, 4 luka-luka). Sedangkan 4 orang yang ada di mobil itu selamat. Kenapa dikasih label "maut"? Selain jumlahnya cukup banyak, para korban adalah mereka yang sedang di trotoar! Dan ternyata, pengemudinya nggak punya SIM! 
Berita lengkap kecelakaan itu bisa dibaca di sini.

Saya nggak mau bahas betapa lalainya Si Pengemudi. Sebagai pengguna angkutan umum dan pejalan kaki aktif, saya lebih tertarik membahas trotoar di Jakarta yang sudah nggak nyaman dan aman lagi. Saya mengalami berkali-kali "teror" di trotoar. Yang paling sering adalah diklakson kenceng banget sama motor yang jalan dengan cueknya di trotoar. Saya cuek juga dong nggak mau minggir. Wong, saya jalan di trotoar kok. 

Suatu hari, kejadian serupa terulang waktu saya jalan di trotoar dari Halte TransJakarta Pancoran Barat menuju tempat "ngamen". Dari arah depan, ada motor yang sekonyong-konyongnya melaju cukup kencang dan klakson berkali-kali. Saya tahu maksud dia saya disuruh minggir. Tapi saya bergeming. Trus dia berhenti di depan saya, buka helm, dan dengan nyolotnya bilang "Diklaksonin nggak ngerti ya, Mbak? Minggir!"

Hmmm salah besar dia berani gituin saya. Dengan nada suara rendah dan santai tapi mata melotot menusuk tajam, saya jawab, "Bapak tahu ini trotoar? Bapak salah jalan di sini. Atau saya mau teriakin polisi?" Kebetulan, nggak jauh dari situ ada polisi yang lagi mensterilkan jalur TransJakarta. Si Pemotor gebleg itu jiper, trus dia turun deh dari trotoar. Saya yakin, dia begitu bukan karena nyadar salah. Melainkan karena dia takut polisi.

Di lain waktu, saya terpaksa teriak nyolot karena, dari arah belakang, bahu saya diserempet motor. Waktu itu, seperti biasa, walaupun di-klaksonin, saya cuek dan nggak nengok ke belakang. Si Pemotor Sinting itu, tetap nekat jalan dan nyenggol bahu saya. Saya agak oleng, hampir jatuh. Spontan saya teriak, "Oiiii BEGO! INI TROTOAR, TAU?!!" Dia langsung kabur melarikan diri. Pemotor yang masih punya otak (walaupun sedikit), biasanya jalan pelan-pelan di belakang pejalan kaki atau bilang permisi.

Karena sering mengalami hal nggak enak di trotoar, kalau sedang naik ojek, saya pasti akan ngomelin tukang ojek kalau dia bandel naik trotoar. Walaupun sedang terburu-buru, bukan berarti kita mengganggu kenyamanan bahkan keselamatan pejalan kaki, kan?

Lalu, sebenarnya apa saja hak dan kewajiban pejalan kaki di Indonesia? Coba baca Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009: Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di bawah ini. (Sayangnya, tidak disebutkan secara spesifik sanksi untuk para Pemotor Sinting di atas.)
Pasal 131
(1) Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan fasilitas
pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan,
dan fasilitas lain.
(2) Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat
menyeberang jalan di tempat penyeberangan.
(3) Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pejalan Kaki berhak
menyeberang di tempat yang dipilih dengan
memperhatikan keselamatan dirinya.
Pasal 132
(1) Pejalan Kaki wajib:
a. menggunakan bagian Jalan yang diperuntukkan bagi
Pejalan Kaki atau Jalan yang paling tepi; atau
b. menyeberang di tempat yang telah ditentukan.
(2) Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang
ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
Pejalan Kaki wajib memperhatikan Keselamatan dan
Kelancaran Lalu Lintas.
(3) Pejalan Kaki penyandang cacat harus mengenakan tanda
khusus yang jelas dan mudah dikenali Pengguna Jalan
lain.

Setelah baca Undang-undang di atas, coba lihat foto-foto di bawah ini. Iya, ini kondisi trotoar di Jakarta. Kalau begini, kami, para pejalan kaki, mau jalan di mana lagi coba?

Meskipun macet, bukan berarti ente bisa  naik trotoar, Bung! 
Grombolan pulak! 

(taken from: smc-jember.blogspot.com)


*speechless*

(taken from: manequinnaren.blogspot.com)


Parkir motor di trotoar kadang dijadiin peluang bisnis. 
Yang punya motor pun happy, karena bayar parkir murah. 
Lah trus, apa kabar pejalan kaki?
(taken from: bachnas.staff.uii.ac.id)


Selain ulah gebleg oknum pemotor itu, sebenarnya kondisi fisik trotoar di Jakarta jauh dari layak. Ada trotoar yang dipenuhi galian, sehingga pejalan kaki bingung mau lewat mana. Boleh sih ada galian, tapi setidaknya kasih dong ruang sedikit untuk lewat. Kondisi mengenaskan lainnya adalah, seperti foto di atas, trotoar malah berubah fungsi jadi pasar atau tempat parkir "dadakan". Kok pemerintah diam aja yah? Harusnya mereka bisa menertibkan. *Cuma bisa elus dada*

Balik lagi ke kasus Kecelakaan Maut Xenia tadi, menurut saya, mungkin ada baiknya trotoar di Jakarta dibatasi border seperti foto di bawah ini. Jadi, kalaupun ada mobil "nyasar", efeknya agak mendingan. Yang paling ideal sih mengedukasi para pengemudi yang tak berotak itu. Caranya? Memperketat kualifikasi kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM). Mereka yang punya SIM harus benar-benar displin berkendara.  



P.s: Di berita, Si Pengemudi Xenia Maut itu bilang remnya blong. Kalau memang benar begitu, yang jadi pertanyaan saya, tindakan terbaik apa (tentu dengan risiko minimal) yang bisa kita lakukan dengan kondisi mobil dan jalanan seperti itu? Ada yang tahu prosedurnya? Atau mungkin punya pengalaman dan pendapat sendiri? Boleh di-share...


4 comments:

  1. Nice Emy, love it !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you, Diti! :)

      Btw, ihhhh kamuu still awake... pasti time zone-nya lagi "jungkir balik" deh:p ahahahaha.

      Been there done that :p #JungkirBalikWaktuEropah #SayaSotoy

      Delete
  2. Saya selalu membedakan tipe orang nyetir. Bisa dan mahir. Kalo sekedar bisa nyetir ya contohnya kayak si bloon Afriyani ini. Kalo yang mahir, dengan kondisi rem blong biasanya reflek tarik rem tangan, pindah ke gigi yang lebih rendah, misalnya gigi 1, juga bisa menolong untuk mengurangi kecepatan.

    Meskipun tetap berisiko celaka, namun dengan langkah-langkah di atas bisa meminimalisasi kecelakaan dan tidak makan banyak korban.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh gitu ya, i. Tularin dong kemahiran nyetir sama temannya. Nanti kalau aku udah punya mobil sendiri, bagi-bagi ilmu yaaaa... *masalahnya kapan punyanya????* *angan2tukangcendol*

      Asli ya, aku jadi serem nyetir. Selama ini suka sok-sok nekat. Aku lagi beruntung aja nggak celaka. Tapi lain waktu, mungkin aja apes. Karena praktik dan teoriku nol besar.

      Mau benar-benar belajar lagi ah sampai mahir. Nggak mau bego kayak gitu.

      Delete