Friday, September 14, 2012

Just Be My Self

Saya itu orangnya ekstrovert. Suka  cerita juga. Kalau lagi bahagia, cerita. Sedih apalagi. Pokoknya apa-apa diceritain. Topik ceritanya sudah pasti tentang saya dan hidup saya. Kalau lagi cerita 'keberuntungan', sumpah saya nggak ada niat pamer atau sombong. Kalau lagi sedih atau marah, saya cerita bukan pengin nyebarin energi negatif. Saya cuma pengin orang lain tahu saya lagi sedih dan butuh didengar. Kalau sedang cerita rencana dan proses pencapaiannya, saya cuma ingin minta dukungan dan doa. That is it.

Hari ini tiba-tiba saya mengalami 'kebingungan'. Saya merasa sifat "suka cerita" harus saya hilangkan. Saya merasa jadi orang yang terlalu banyak ngomong. Saya tertohok dengan salah satu sahabat yang pendiam dan jarang sekali cerita tentang perasaan, ambisi, atau prestasinya. Tapi tiba-tiba, secara diam-diam pula dia meraih impian (yang tidak pernah dia ceritakan dan share). Kayak dia dong em, diam-diam tapi jadi. Jleb!

Lalu saya bertekad agar orang lain nggak perlu tahu saat saya senang, marah, kecewa, atau sedih. Saya nggak perlu cerita ke sahabat ketika melewati proses penting dalam hidup. Saya nggak perlu malu-maluin diri nangis curhat ke sahabat kalau lagi sedih. Terlebih-lebih saya nggak perlu too excited untuk rencana yang belum terealisasi.

Tapi seorang sahabat punya pandangan lain. Dia bilang, setiap orang punya sifat berbeda: ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Saya termasuk yang pertama. "Ya beda karakter emang Tun. Just be yourself ;)" katanya. Sahabat lain bilang "Ya beda lah. Km dan jg aq bukan tipe org diem. Kita kan seneng cerita, seneng ngomong, seneng berbagi. Jadi ngga bs disamain. Org suka sama kamu krn km begitu. Bukan krn km pendiem," kata sahabat lain yang hobi ceritanya sama kayak saya. Dari dulu kami suka saling cerita perasaan dan kejadian sekecil apapun.

Merasa lega dengan dua advice senada, saya kemudian mengiyakan soal prinsip "Just Be My Self". Dari lahirnya memang saya hobi cerita dan mengekspresikan perasaan secara blak-blakan. Saya pasti bakal tersiksa banget kalau harus berubah tertutup dan pendiam. Nah kan, terbukti saya nggak bisa nutup-nutupin kebingungan, padahal baru saja bertekad pengin kalem. Secara sadar, saya sudah cerita ke dua sahabat dan sekarang saya koar-koar juga di blog. Hehe.


4 comments:

  1. Kalau saya kebalikannya.. hihihi..
    dulu bangeeet saya Introvert, tapi saya yaaah pelan2 menuju Ekstrovert ^_^.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih Fah, kyknya saya selamanya extrovert bin sanguinis. haha

      Delete
  2. aku pernah banget ada disituasi kek gitu em...ngerasa terlalu banyak cerita sana-sini kayak udah gak punya rahasia idup lagi, keknya semua orang tuh tau cerita hidup gue...sampe kek mikir gue harus jadi orang yang bukan diri gue sendiri...ah tapi mah gak bisa ya jalanin aja apa adanya pada akhirnya :)

    ReplyDelete