(Bagian ini diketik di TransJakarta, perjalanan menuju Kuningan)
Hari ini adalah hari kedua saya bekerja di institusi pemerintah. Baru saja masuk, saya sudah nggak semangat. Bukan, bukan karena saya nggak suka kerjaannya. Tapi saya nggak suka sama perjalanan pergi pulang ke kantor. Menurut saya, sungguh nggak manusiawi.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya saya kerja kantoran. Di kantor yang lama, saya masuk jam 9 pagi. Berangkat jam 6 pagi, saya sudah aman sampai kantor sebelum jam 9. Sedangkan, di institusi ini, saya harus masuk jam 07:30. Bisa dibayangkan dong saya harus berangkat dari rumah jam berapa? Kemarin, di hari pertama, saya berangkat dari rumah jam 05:30 dan *dueng dueng* sudah macet di mana-mana. Tapi alhamdulillah saya nggak telat sih. Saya sampai kantor jam 07:24.
Acara penyerahan secara simbolik SK Cepeenes yang harusnya dimulai jam 08:00, mundur 2 jam aja loh. Tanpa pemberitahuan dan permintaan maaf pula. Mereka nggak tahu apa effort kami yang sudah datang tepat waktu? Acara molor di Indonesia, apalagi instansi pemerintah, sudah biasa? Maklumi saja? Miris.
Karena nggak pengin sampai kantor mepet, hari ini saya berangkat jam 05:15. Saya mandi jam 4. Jadi, setelah sholat Subuh, saya tinggal pakai baju dan jilbab. Pas berangkat tadi, Papa dan Mama nganterin sampai pagar. Saya nggak bisa ngumpetin muka cemberut karena harus pergi pagi-pagi buta. "Kok baru-baru sudah nggak semangat?" kata Papa. "Nggak boleh begitu. Kerja ya memang begini," kata Mama yang pensiunan peenes. Dalam hati, saya ngedumel, "Ah, dulu gue kerja nggak gini-gini amat."
Tadinya, saya kira hari ini akan sedikit berbeda. Saya pikir, berangkat 15 menit lebih awal akan berpangaruh dengan kondisi jalan yang lebih lengang. Tapi ternyata jam segitu juga sudah ramai! Lalu-lintas juga sudah padat. Tapi masih ada untungnya sih. Saya bisa duduk di TransJakarta, walaupun duduk di tangga dekat pintu sebelah kiri supir. Alhamdulillah, daripada betis pegal berdiri dua jam lebih.
Ada yang bikin saya senyum setelah sebelumnya ngedumel. Ternyata, di luar sana banyak orang-orang rajin yang mau berangkat pagi buta ke kantor. Jam segitu halte TransJakarta sudah penuh banget. Ada satu pertanyaan yang muncul: apakah mereka enjoy dengan rutinitas itu? Atau 'nggak rela' seperti saya? Hanya mereka yang tahu.
Sepanjang perjalanan di angkot menuju halte TransJakarta Pinang Ranti, saya mikir apakah saya harus menajalani rutinitas ini sampai nanti pensiun? Sebenarnya saya punya pilihan. Saya sih lebih memilih tetap jadi penulis lepas, tentu dengan proyek yang rutin ya (ngarep). Tapi, tentu pilihan itu belum bisa saya ambil sekarang. Lagi pula, masa sih daya juang saya cuma segini? Baru saja 2 hari. Hmmm, setelah dipikir-pikir lagi, berada di tempat sekarang sebenarnya juga salah satu pilihan yang sudah saya pikirkan (tentu ditambah pertimbangan dari orang tua). Cuma ya kadang ada hal-hal yang diluar perkiraan atau harapan kita kan?
Kalaupun pada akhirnya nanti tidak memilih bertahan tempat ini, saya tetap harus memberikan yang terbaik. Tiba-tiba ingat betapa ribet serta penuh peluh dan airmatanya saya urus persiapan tes masuk sini. Belum lagi, ujian bersaing dengan belasan ribu orang di Stadion Glora Bung Karno. Di luar sana, mungkin ada orang yang menginginkan posisi saya. Last but not least, saya ingat wajah Mama dan Papa yang bangga banget anaknya jadi peenes. Oke, Ma Pa, bismillah emy akan menjalani dan mencoba menikmati ini semua *salim*
Oiya, tadi saya sempat ngedumel ke Nidian, kaka sepupu saya dan Ayu, sahabat saya. SMS balasan Ayu bikin saya merasa sedikit 'tenang' dan merasa 'tidak sendirian'. Ayu bilang, dia sudah melewati itu bertahun-tahun. Katanya, sekarang tinggal bagaimana kita menyiasati waktu di jalan. "Kan bisa baca buku, stalking di socmed, atau tidur." Hmmm, iya juga ya. Saya pun tadi memilih untuk mengisi waktu dengan mengetik positingan sampah ini. Hehe.
Happy working everyone :)
4 Maret 2014,
em.
Omg, baru sempet baca tentang iniiii..
ReplyDeleteAyo, semangat, Emy.. Kan udah didoain sama mamah, semoga bawa berkah.. Semangaaattt.. :))
Aamiin... :* Terima kasih Ancullll
DeleteHmmm... classic ya... gw juga ngalamin kalo lagi kebagian ngantor di wismul, kudu brgkt jam 5:30 or 5:45 biar ga kejebak macet dan masih free 3 in 1 hehehe :P... soale telat berangkat 10 menit aja udah wassalam :D
ReplyDeletekalo gw si bilangnya kadang keinginan dan kebutuhan itu tidak seiya sekata sejalan, pengennya kerja deket aja atau bebas tapi nyatanya rejeki yang dikasih Tuhan ga gitu, dan menurut gue puluhan bahkan ribuan urbaners ngalamin hal serupa kayak lo my tapi yah again mereka kembali lagi kalo mrk punya tanggung jawab ke keluarga mereka (anak istri dkk) dan ke diri sendiri... dan perjalanan pagi buta itu pun jadi impas terbayar dengan liat keluarga mereka bahagia dari hasil keringetnya... :) *imho loh ya
Iyaaaa Neng, aku setuju sama pendapatmu! Akupun sekarang sudah bisa mensyukuri dan menikmati perjalanan pagi butaku... Semua kelelahan itu terbayar dengan melihat wajah2 bahagia Mama Papaku yang seneng banget anaknya jadi peenes. Hehehe. Alhamdulillah.
Delete